Friday, February 29, 2008

American Gangsters

Hehehe...judulnya serem yak?

Sebetulnya pengen nonton Love, tapi ternyata telat dateng ke bioskop, jadi udah keburu diputer. Mau nonton Ayat-ayat Cinta....kok males ya...pengen cari yang seru aja deh. Gak ada pilihan lain selain American Gangster, soalnya studio lain memutar Hantu Ambulance (sumpah...gak bakalan pernah nonton walaupun dibayarin juga), Love (udah main 15 menit yang lalu), XL:Extra Large (udah main 30 menit yang lalu), dan Ayat-ayat Cinta (2 studio, soalnya banyak banget yang nonton-nya, jadi males ahhh).

Sebetulnya agak setengah hati nontonnya, soalnya kepaksa aja, kadung ngantri panjang, masa gak jadi nonton Pas udah dapet tiket, langsung ngeloyor keluar antrian, tiba-tiba dicolek ibu-ibu...."Bu, masih dapet tiket buat yang jam 14 gak?"....hah? kok nanya aku sih? "emang ibu mau nonton apa? saya sih masih kebagian buat yang jam 12, tapi filmnya American Gangsters"....Si ibu itu melotot kaget...."Kok American Gangsters sih? kirain ibu-ibu mah nonton Ayat-ayat Cinta?"... hehe...no comment ah...

Membulatkan tekad, gak akan tidur di bioskop, saya mulai menikmati American Gangsters.

Yang main Denzel Washington sama Russel Crowe, dua-duanya pemain kelas pemenang Oscar, jadi ya...percaya aja deh sama film yang mereka bintangi.

Katanya sih...kata adegan pembukanya...diilhami dari kisah nyata tahun 60-70an di kawasan Harlem

Dibuka sama adegan darderdor dan orang yang dibakar....ih...mafia banget deh...(emang ini film mafia), Frank Lucas (Denzel Washington)yang sehari-hari bekerja sebagai supir seorang mafia penguasa Harlem, merasa kehilangan saat tuan-nya meninggal dunia. Selain menjadi supir Frank juga merangkap sebagai asisten pribadi, sehingga Frank banyak belajar tentang kehidupan mafia terutama mafia narkotika.

Keinginannya untuk menguasai Harlem, dimulai dengan mencoba menjadi bandar narkoba terbaik di kawasan itu, caranya, membeli langsung opium dari ladang di asia tenggara lewat kenalan sepupunya yang jadi tentara yang ditempatkan di bangkok.

Frank berhasil menyelundupkan narkoba dengan tingkat kemurnian tinggi ke Amerika dengan menebeng pesawat tentara Amerika.

Dengan memanfaatkan keluarga dan kenalan lama majikannya dulu, Frank berhasil menjadi mafia narkotika berkulit hitam paling berkuasa di Harlem. Meskipun begitu, sifat pemurah seperti yang diajarkan majikannya dulu masih dilakukan (bagi-bagi kalkun waktu thanksgiving)

Sementara itu, Richie Roberts (Russel Crowe), adalah seorang polisi yang jujur, tapi seperti biasa lah..rumah tangganya hancur. Richie mengembalikan uang sebanyak hampir 1 juta dollar, yang ditemukan di sebuah mobil milik jaringan narkoba, ke kantor polisi, yang membuat dirinya dibenci ramai-ramai oleh teman-temannya sesama polisi (terutama polisi yang tidak jujur)

Karena kejujurannya itu, Richie diminta membentuk unit khusus narkoba, tapi dengan syarat, anggota timnya harus sama bersihnya dengan dirinya.

Penyelidikan Richie membawanya kepada Frank....dan ketika tertangkap, Frank memilih bekerja sama untuk memberantas tidak hanya jaringan narkoba, tapi juga para polisi busuk yang menerima suap dari kartel narkoba.......

Akting Denzel dan Russel Crowe beneran memikat deh....secara dua-duanya sudah berkelas oscar. Film yang saya pikir penuh dengan dar der dor...ternyata enggak juga.

Ada sisi kemanusiaan dari mereka. Richie yang sempurna dan jujur dalam pekerjaannya, dituduh istrinya tidak jujur dalam kehidupan rumah tangganya....ya...gak ada yang sempurna kan?
Sementara Frank, yang berkulit hitam, bertekad mengangkat derajat keluarganya dan membuat dirinya menjadi nomer satu...biarpun dalam konotasi buruk...tapi berhasil.

Frank dihukum 70 tahun, tapi karena berkelakuan baik, dibebaskan tahun 1991.

Moral of the story : Tekad kuat, kerja keras, pasti berhasil....trus kalo mau berantas kejahatan, mulai dari pemberantas kejahatannya dulu....bersihkan polisinya, baru deh bisa beres.

Berasa mimpi emang, saat melihat penangkapan para polisi korup itu....kapan ya di Indonesia ada adegan kayak gitu....semua polisi korup ditangkepin...

11 comments:

imgar imama said...

film keren menurut saya..
terlebih setelah tahu kalau itu kisah nyata. endingnya sama sekali tidak terduga.

Wiwie ... said...

Yakin nih? Siapkah negeri kita hidup tanpa polisi? :D
Ah....semoga masih ada polisi bersih di negeri kita...

Susi . said...

jadi...maksudnya semua polisi kita korup?...hihihi...no comment ah...

Susi . said...

bener....keluar bioskop puas deh...gak rugi...

♡ Lizy Syahrial ♡ said...

Bagus nih film mba.. saya juga baru nonton DVDnya 3 hari yang lalu....

Dwi Maryatni Saad said...

jadi pengen nonton nih mbak...

Wiwie ... said...

Hayooo...jump to conclusion ya...? Nakal deh kamyu *sentil dikit telinga jeng Susi* :)

Susi . said...

hehehe....

Susi . said...

hayuk deh, nonton...

Hastuti Kusindriani Kurniadi said...

brarti OK ya mba.....

Susi . said...

ok...nonton deh...gak rugi, biarpun ada beberapa adegan yang menampilkan perempuan nude yang menurut saya sama sekali gak penting buat ditampilkan