Saturday, November 27, 2010

KBB#20 Kue Bangket

Yuhuuuu..... tantangan KBB sudah datang Temanya adalah kue kering tradisional Indonesia

Menarik....karena saya blom pernah bikin, dan lihat bahannya, sederhana banget, semua ada di lemari, tepung sagu, gula, susu kental manis dan margarin. Resepnya juga bebas pakai resep mana saja, tapi saya memilih resep bangket susu yang diberikan bersama surat cinta, dengan modifikasi penambahan jahe, wijen dan gula palem.

Sempet jiper karena Bunty yang sudah bikin duluan bilang, adonannya mawur banget....haduh....bagaimana ini???

Ternyata dapat bocoran lagi....pakai cetakan kue satu, teken-teken yang kuat, mawur juga gak masalah, jadi pede deh bikinnya

Bahan-bahannya seperti yang disebut di atas tadi.....tapi tepung sagu-nya disangrai dulu pakai daun pandan
Lalu semuanya diaduk jadi satu (bisa pakai garpu atau pakai pisau pastry), sampai terbentuk adonan mawur seperti ini.


lalu siapkan cetakan kue satu (btw....ini cetakan sudah dibeli sejak jaman dulu kala, akhirnya kepake juga....hihihi)

Tekan-tekan sampai padat, lalu keluarkan dengan cara mengetuknya pelan-pelan. Meskipun ada 4 macam motif bunga, tapi yang terpakai hanya 2, yang dua lagi agak sulit mengeluarkannya, jadi hasilnya kurang cantik.

Susun di atas loyang, siap dipanggang, gak usah lama-lama, cukup 15-20 menit saja.

daann....ini dia hasilnya......tadaaaa Bangket Wijen Jahe yang langsung lumer begitu masuk mulut.....nyem...nyem....nyem....

Jadi kepikiran buat bikin bangket keju....hmmm....

Mari lestarikan kue kering asli Indonesia yuuukkkk


Sunday, September 26, 2010

KBB#19: Birthday Edition

Yippeee, KBB ulang tahun yang ke-3. Mari kita berpesta Begitu surat cinta datang, langsung sumringah karena sudah tidak perlu repot-repot memikirkan harus membuat apa.

Yup....untuk memperingati ulang tahun KBB kali ini, semua anggota diminta merayakan dengan membuat ulang salah satu dari resep yang pernah ditugaskan dari mulai KBB#1 sampai KBB#18.

Tentu saja saya langsung memilih pizza karena hampir setiap hari selama bulan Ramadhan tahun ini, saya membuat pizza untuk "sogokan" Tio supaya mau puasa sehari penuh....dan berhasil tentunya Herannya....itu bocah-bocah gak bosan makan pizza, maka untuk memperingati ulang tahun KBB, dibuatlah pesta pizza di hari terakhir berpuasa, berikut kehebohannya

Semua bahan sudah disiapkan sejak siang harinya, supaya jam setengah 5, menjelang buka, sudah bisa dibuat, dan tepat saat magrib bisa langsung disantap. Resepnya sudah pernah diposting di sini.

Semua senang, bisa ngotorin meja dapur sebenarnya ada 4 bocah yang ikut berpartisipasi, tapi satu bocah lagi cari gara-gara jadi tidak bersedia difoto
Dan inilah hasilnya.....selamat ulang tahun KBB

Tidak sabar menanti kehebohan tugas berikutnya


Sunday, July 11, 2010

Pasar Palasari


Siapa yang gak tau bursa buku palasari? Kaya'nya sih bursa buku ini sudah terkenal ke mana - mana (thanks to internet). Tapi suatu hari sahabat saya terbengong - bengong saat saya mengajaknya ke palasari untuk....membeli ayam! Emang di palasari ada yang jual ayam? Kalo nyari pedagang ayam di kompleks bursa buku terang aja nggak ada. Coba deh, parkirnya masuk dikit, belok di sebelah yang jual kelapa muda, trus ke dalam. Nah kelihatan kan, ada pasar tradisional di situ. Itulah pasar Palasari yang saya maksud.
Pasar ini adalah pasar favorit keluarga saya sejak kecil, jauh sebelum bursa bukunya terkenal. Sebetulnya pasar ini terletak sekitar 8 km dari rumah saya, jauh kan? tapi berhubung pasar terdekat dengan rumah tidak dapat memenuhi "hasrat" belanja keluarga , maka kami sekeluarga berrela hati untuk berbelanja di sini yang barang dagangannya lebih lengkap. Kebetulan pula pasar ini dekat dengan sekolah saya (yang lagi-lagi juga harus berrela hati bersekolah sejauh 8 km dari rumah karena sekolah terdekat hanya SD inpres yang letaknya di tengah sawah), maklumlah rumah kami ada di kampung yang terletak di kabupaten Bandung (tapi sekarang sudah masuk kota Bandung lho).
Pasar ini betul - betul menjadi favorit karena kami dimanjakan dengan fasilitas bak pasar swalayan. Di sini saya punya pedagang ayam langganan, namanya teh Lilis. Teh Lilis ini hanya menjual ayam segar yang baru dipotong, ayam yang tidak laku terjual akan dimasak sepulang berjualan, barulah keesokkan harinya dijual dalam keadaan matang siap goreng. Pelanggannya pun dimanjakan seperti layaknya belanja di pasar swalayan, kita bisa memilih membeli pahanya saja, dadanya saja, sayapnya saja, bahkan Teh Lilis juga menyediakan fillet dada ayam. Selain kemudahan membeli bagian - bagian ayam, Teh Lilis juga membantu dalam hal masak memasak, kita tinggal katakan masakan apa yang hendak kita buat, maka beliau akan memberikan resepnya, berikut bantuan memotong - motong ayam sesuai yang diresepkan. Bahkan jika Anda bermaksud akan membuat ayam kodok(ayam isi), Teh Lilis akan membantu melepaskan tulang - tulang ayam, menggilingkan dagingnya, sehingga sesampainya di rumah kita tinggal meracik bumbu untuk isiannya, dimasukkan kembali ke dalam kulit ayam siap pakai tadi, dijahit, dimasak, Voila! jadilah ayam kodok kita. Komplit kan pelayanannya? Supermarket mana bisa yang memberikan pelayanan konsultasi resep seperti ini.
Pedagang favorit saya yang lain adalah penjual ikan segar. Ikan atau udang yang kita beli akan langsung dibersihkan dan dipotong - potong sesuai keinginan kita, sehingga sesampainya di rumah kita tidak perlu repot - repot lagi berurusan dengan sisik ikan dan isi perutnya, tinggal memasaknya sesuai selera keluarga.
Layanan lain yang saya sukai adalah jasa pengupasan buah. Pernah membeli nanas? Sebal kan jika harus mengupasnya, apalagi jika berencana membuat selai nanas dalam jumlah besar, bete kan? Saya biasanya tinggal memilih buah, kemudian saya berikan pada penjualnya untuk dikupas, kemudian nanas kupas tersebut akan dikemas plastik satu persatu agak tidak "memar" jika saling terbentur. Layanan kupas buah juga berlaku pada buah melon dan semangka, jika Anda memerlukan buah potong untuk pesta. Praktis kan, tidak perlu membawa pulang sampah.
Pedagang favorit saya yang lain adalah penjual lotek yang berjualan di pasar sebelah belakang. Loteknya sedap, satu bungkus cukup untuk 1-2 orang. Selain berjualan lotek, beliau juga menjual kering kentang, rempeyek, pepes teri, bawang goreng, dan lontong. Lontong ini menjadi favorit ibu - ibu pada hari raya, karena tidak perlu repot - repot membuat sendiri. Setiap sehari menjelang hari raya, selalu terjadi "insiden" berebut lontong antar ibu, terutama bagi mereka yang lupa memesan terlebih dahulu. Memesan lontong di sini selalu masuk dalam agenda saya seminggu menjelang hari raya.
Di sebelah pedagang lotek ini ada satu lagi pedagang favorit saya, yaitu pedagang aneka macam bakso dan tahu. Ada bakso ikan, bakso sapi, bakso urat, bakso tahu ikan, siomay dan aneka tahu. Saat bulan puasa dagangannya juga diramaikan dengan biji delima, cingcau dan kolang kaling. Tahu yang dijualnya dijamin bebas formalin karena diambil dari pabrik tahu Cibuntu. Tempenya juga enak. Tapi jika Anda penggemar tempe mendoan, mampirlah ke tukang sayur di sebrangnya, disana akan diperoleh tempe tipis siap pakai untuk mendoan.
Bagaimana? tertarik untuk mengunjunginya? Sambil menunggu suami atau anak berbelanja buku, tidak ada salahnya untuk seperti saya berbelanja di pasar palasari.



Saturday, May 01, 2010

KBB#17: Savoury Bake Lattice


Tantangan kali ini beneran bikin jingkrak-jingkrak karena ada keterangan ini nih :

- Isi/filling bisa diganti sesuai dengan selera (asal tetep asin)

- Puff pastry boleh homemade atau  ready-made (assiiikkkk kan?  )

- Bentuk lattice bebas, silahkan memilih mau pakai model yang mana.

tentu saja semua bahannya ada di freezer....yipppeee

tapi liat kata Lattice, sedikit membuat kening berkerut, tapi begitu masuk google picture.....hwaaa...ternyata lattice adalah pie "berterali" anyaman adonan di atasnya. Jadi manggut-manggut sendiri, karena pernah liat alat buat bikin lattice ini di toko bahan kue, gak pernah kebayang buat bikin apa.

Berhubung tahu diri gak bakalan sempat untuk beli alat pembentuk lattice, sebelum rasa malas menyerang, maka semua bahan seketika dikeluarkan dari freezer

 Bahannya hanya  kulit puff pastry  siap pakai,  daging asap,  dan soft cheese.....sebagai penguat aroma,  saya tambahkan  oregano dan  extra filling ragout  siap pakai yang rencananya mau dijadikan isian risoles 

Kejunya istimewa karena dikirim khusus dari Mesir oleh Mak Melon dengan bantuan Baba Melon......terima kasih, Mak....ini kejunya ikut nampang di sini 


Step by step-nya gampang aja....supaya sekali bikin, jadi pakai cetakan pie ukuran sedang.

Kulit puff pastry digiling tipis, dan dicetakkan ke dalam loyang. lalu diisi ragout, daging sapi asap dan keju, lalu ditutup kulit pastry berbentuk anyaman.Ternyata bikin anyaman yang dilakukan secara manual itu cukup ribet.........beda sama kertas yang bisa di tarik-tarik seenaknya, adonan pastry ini kalo udah lembek malah saling lengket, jadi bolak -balik dilapisi tepung. Supaya mengkilap, atasnya diberi olesan kuning telur. Lalu dipanggang sekitar 20 menit hingga permukaan adonan kecoklatan.

Voila ! Smoke beef&cheese regout pie siap dihidangkan.

Dalam sekejap mata.....separo pie sudah pindah ke perut Tio yang seperti biasa sudah nangkring di dekat oven

Lulus? jelas..... jadi saya bisa pergi berlibur dengan tenang bulan ini.

Mari kita nantikan tantangan selanjutnya


Thursday, March 18, 2010

Ketika Rifrif Harus Memilih

Rifrif harus memilih...ya...memilih.
Bukan sekedar memilih sekolah atau memilih pasangan hidup, tapi memilih sampai kapan selang-selang penopang kehidupan Ubiet putra semata wayangnya, akan dipertahankan hingga tiba waktunya untuk dicabut.

Ubiet adalah satu-satunya teman hidup Rifrif, tanpa Ubiet, Rifrif sebatang kara.

Tenggorokan saya tercekat saat mendengar Rifrif berkata..."hari Kamis minggu yang lalu saya seperti kembali ke tahun 2007"
yah...tahun 2007, 3 tahun yang lalu...tahun yang berat untuk Rifrif dan Ubiet, karena sahabat kami, Nora, mamanya Ubiet, mendadak dipanggil Sang Maha Pemilik.

"Doa saya tidak putus-putus saat itu, Susi, saya peluk Ubiet, dan rasanya seperti saya memeluk ibunya tiga tahun yang lalu." Air mata tergenang di mata saya...tentu saja saya ingat kejadian tiga tahun yang lalu, ketika di depan mata saya, Ubiet kecil mencium ibundanya untuk yang terakhir kalinya.

Permintaan Rifrif terasa lebih berat bagi Lulu yang datang bersama saya sore ini, Rifrif meminta Lulu memberikan pendapat medisnya tentang kondisi Ubiet. Saya turut menemani Lulu memeriksa Ubiet, tapi dengan berat hati, Lulu memberikan pandangan yang sama dengan apa yang disampaikan dokter yang merawat Ubiet kemarin malam.

"Pupilnya sudah melebar, sudah tidak ada respon cahaya, gula darahnya tinggi, menunjukkan fungsi pankreas sudah tidak ada, demikian juga dengan pembengkakan di sekujur tubuh Ubiet, juga tidak adanya keringat yang keluar, menunjukkan fungsi sekresi tubuhnya sudah tidak berfungsi. Jantungnya masih berdetak sepertinya akibat bantuan dopamine, nafasnya pun sudah tergantung alat bantu. Gue cuma bisa ngomong gini, selebihnya terserah apa kata hatimu." 

Kelihatannya blak-blakan sekali, tapi seperti itulah yang Lulu lihat sebagai dokter, juga sebagai sahabat, saya sih gak ngerti apa-apa, tapi sebagai sarjana biologi, sedikit-sedikit mengerti, bahwa gerakan kaki atau tangan Ubiet yang sedang koma, mungkin akibat gerak refleks otot bukan karena respon positif.

Rifrif hanya bisa termenung, sebelum akhirnya kembali memohon doa kepada kami...mohon diberi kekuatan untuk bisa memutuskan. Rifrif khawatir...saat dia memutuskan untuk menutup pintu, tahu-tahu Ubiet ingin pulang.

Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi, ketika mendadak, di depan saya, muncul Nuli, seorang teman yang baru saja kehilangan putra sulungnya tahun lalu karena penyakit yang hampir mirip dengan sakitnya Ubiet. Bersyukur Nuli bisa melalui setahun yang berat ini, dengan kelahiran puteranya yang ketiga. Nuli yang akhirnya berbincang-bincang cukup lama dengan Rifrif. Nuli lebih tahu perasaan Rifrif, karena pernah ada di keadaan seperti itu, hanya dengan cara yang lebih cepat, hanya dalam hitungan jam di UGD.

Tiba saat berpamitan, karena anak-anak kami sudah rewel di ruang tunggu. Sebelum pulang, kami sampaikan kadeudeuh, tanda cinta kasih kami, teman-teman SMP ibundanya Ubiet. Bersyukur, amplop cinta kasih kami tidak ditolaknya, meski untuk menerimanya, tampak sulit bagi Rifrif, sampai-sampai Lulu harus menjejalkan amplop itu ke pangkuannya.

Rifrif masih sempat-sempatnya memohon, kalau bisa, isi amplop ini diganti saja dengan kehidupan Ubiet...ah...Rifrif....tentu saja, kalau kami bisa, kami ganti dengan seribu kehidupan Ubiet

Ada sebersit rasa bahagia di hati kami...ternyata Rifrif sudah menemukan mama baru untuk Ubiet. Seharusnya, hari Sabtu lalu, Ubiet sudah punya mama baru, tapi karena Ubiet sakit, pernikahan ini tertunda sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Paling tidak...saya ikut bahagia, Rifrif tidak akan sebatang kara, jika keputusan sudah diambil.

Sebelum pulang, Rifrif masih berpesan, tolong doanya....Al Fatihah....mohon dibantu untuk dapat membuat keputusan yang terbaik.

Tentu saja Rif....kami berdoa untukmu, untuk Ubiet, untuk Nora juga. Updatenya Ubiet bisa dilihat di sini