Sunday, June 29, 2008

KBB#6 Cheese Biscuits

Tantangan KBB kali ini beneran membuat saya menari-nari senang....karena....bikinnya mudah.
Bukan menggampangkan lho...tapi karena tidak perlu mikser dan proses rumit seperti waktu bikin pizza atau banoffee pie kemarin itu, sekarang tinggal aduk-aduk saja, langsung panggang.
Tapi harga bahannya itu lho....untuk ukuran Indonesia, harga bahan untuk materi KBB kali ini memang cukup tinggi. Tapi...sebanding dengan hasilnya.

Baiklah, sebelum melantur mengenai harga bahan kue yang terus merangkak naik, ini dia bahan - bahan yang diperlukan untuk tantangan membuat Cheese Biscuit (Sumber: Vogue Australia: Wine and Food Cookbook)

225g keju tua parut (saya pakai jenis parmesan), 125 g mentega (unsalted tentunya supaya tidak asin), 125g tepung terigu, cayenne pepper (saya pake cabe bubuk, hanya 1/2 st saja), biji wijen (saya pake 2 macam wijen)
Hmm...menarik kan...ada penggunaan chayene pepper di situ. Seru juga ya...biskuit keju yang asin gurih berasa sedikit pedas.

Cara membuatnya juga mudah.
Campur keju, mentega, tepung dan cayenne pepper bersama (remas) menggunakan ujung jari sampai tercampur rata dan adonan menyatu membentuk gumpalan.

Siapkan loyang biskuit yang diolesi mentega. Bulatkan adonan kecil-kecil. Gulingkan beberapa bulatan ke biji wijen dan tekan-tekan di atas loyang dengan jarak yang agak lebar karena biskuit ini akan meleber saat dipanggang.
Sebagai variasi, saya tambahkan juga almond untuk taburannya.

Panggang biskuit dalam oven yang sudah dipanasi terlebih dahulu dengan suhu 180C selama 15 menit (ini menurut resep asli). Tapi untuk oven saya, terpaksa suhu saya turunkan dan waktu pemanggangan dibuat lebih lama, supaya biskuitnya menjadi lebih renyah. Angkat, simpan di dalam wadah kedap udara.

Inilah hasilnya....Cheese Biscuit.

Hasilnya renyah dan gurih, ada sedikit pedas (tapi saya juga buat yang tidak diberi bubuk cabe), dengan tambahan rasa wijen yang gurih.
Dari 2 macam (pake cabe dan tidak), saya lebih suka yang sedikit pedas dengan taburan almond cincang...gurihnya lebih terasa daripada yang dibalut wijen.

Yang pasti...Tio sukaaa sekali....satu resep langsung habis dalam sehari saja

KBB#6 Lulus!

Terima kasih buat Regina dan Swi yang jadi hostnya.

Uh...tidak sabar menanti tantangan selanjutnya.

Wednesday, June 25, 2008

Tahu Petis Lengkong Kecil


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Di ujung jalan lengkong kecil dekat sisi jalan Sunda, pake gerobak di tepi jalan
Sudah lama gak ke sini. Dulu langganan saya, klo mampir ke jalan bapasupi 5, rumahnya Lulu, temanku. Tahu petisnya...hmmm....enak banget. Tahunya lembut, gak digoreng garing kulitnya, jadi masih lembek-lembek gitu. Lontongnya juga porsinya gak kebanyakan, cukup buat perutku mah... Bumbu kacangnya juga sipp. Berasa bawang putih, kencur dan kacangnya. Petisnya sih sudah menyesuaikan dengan lidah orang Sunda, gak terlalu "petis"...hihi

Tapi minggu kemarin itu, yang jual bukan bapaknya...udah digantikan anak-anaknya, kuahnya jadi encer kayak begini. Masih berasa sih, bumbunya....tapi gak semantap dulu, kalo bapaknya yang bikin.



Lumayan deh...ngajak Tio nangkring lagi di pinggir jalan. Sayang waktu saya kesana itu hari Minggu, coba kalo hari kerja....Tio pasti akan memanggil Oom Imgar untuk sarapan di sini. Lupa...harganya masih Rp6000 seporsi

Cireng Isi Rampat


Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:di ..pinggir jalan....hehehe

Spesial but Dydy...yang katanya penasaran sama cireng isi yang sedang "menjamur" di Bandung. Saya biasa beli cireng isi yang merknya "Rampat", soalnya tetangga saya ikutan jualan. Pusatnya di jalan Jurang, tapi dia jual di mana-mana. Mirip cireng kayak jaman saya sekolah SD dulu, tapi dibuat rangkap, trus tengahnya diisi, ada rasa keju, baso, sosis, daging dan oncom



Semuanya pedas...kecuali yang rasa keju...tapi gimana ya....saya sih tetap suka yang rasa oncom...


karena di lidah saya, yang cocok sama cireng itu adalah oncom, bukan keju ato daging.



Tapi semua kembali pada selera masing-masing....yang pasti rata-rata, rasanya puedesss. Soal rasa...menurut saya mah biasa aja...masih lebih enak cimol yang bulet-bulet




ini yang rasa baso dan sosis...pedes juga


Thursday, June 19, 2008

Dapet Warisan

Hore...dapet warisan....pasti gitu deh kalo denger kata warisan.
Tapi...warisan yang kami peroleh adalah warisan berupa....Gen Buta Warna.
Bukan salah mama saya ato kakek saya...ini memang sudah suratan takdir keluarga kami. Takdir Illahi, bahwa keluarga kami dianugerahi gen buta warna

Saya dan keluarga baru sadar adanya turunan buta warna, ketika 2 sepupu kami, kakak-adik, saat UMPTN, mendadak tidak diijinkan memilih jurusan Teknik Kimia dan Informatika ketika mendaftar ke ITB. Ternyata kedua sepupu laki-laki saya menderita buta warna, tanpa pernah mereka ketahui sebelumnya. Akibatnya mereka hanya bisa memilih jurusan Tehnik Fisika dan...duhh apa ya..pokoknya yang gak perlu liat warna deh.
Jadi jangan harap untuk jadi dokter, ahli kimia, biologi ato sejenisnya yang membutuhkan pengetahuan tentang warna.

Mama saya langsung tersadar...jangan-jangan itu "warisan" dari kakek saya (dari mama tentu), mama mulai cemas...karena kami semua ingat, adik bungsu saya (laki-laki) suatu hari ketika SD, pernah pulang sekolah marah-marah, karena kami dianggap mempermainkannya ketika kami suruh naik angkot 09 warna coklat dari kantor bersama.
Katanya, dia berjam-jam mencari angkot 09 warna coklat gak ada...adanya angkot 09 warna  hijau, jadi dia pulang jalan kaki dari kantor bersama.
Tentu kami mengerutkan kening.....lhoo...kan gak ada angkot warna hijau yang lewat rumah? Tapi kami belum sadar waktu itu.

Begitu tahu sepupu laki-laki kami butawarna, mama segera mengetes adik bungsu saya...dan ternyata...dia buta warna parsial (merah hijau coklat).
Buta warna jenis ini tidak bisa membedakan warna ungu, hijau, coklat.

Jadi jangan suruh adik saya mengambil senter warna ungu...pasti dia gak akan nemu...jadi harus dikasih detail lain, senter kotak kecil yang ada di atas lemari...nah baru deh nyambung.

Untungnya, sejak SMP sudah ketahuan, jadi sewaktu SMA, sudah diarahkan untuk tidak mengambil bidang studi yang kira-kira terlarang untuk penderita butawarna.

Hari ini, akhirnya ketauan juga...sepupu Tio (tentu saja anak dari adik saya) yang masih TK, ternyata buta warna juga.
Hampir bisa dipastikan, dia tidak akan bisa mengikuti jejak kedua orangtuanya untuk jadi dokter.

Saya juga ikut degdegan...karena setelah dirunut....Kakek saya dari mama memang butawarna. Berarti, semua anak perempuan (mama dan adik perempuannya) adalah pembawa (carrier, tidak menderita) gen butawarna.
Gen butawarna mama saya ternyata menurun kepada dua adik saya (yang sudah ketahuan), yaitu 1 adik perempuan (carrier, tidak menderita) dan 1 adik laki-laki (penderita).
Hmm, jadi inget pelajaran genetika di sekolah dulu...cuma ini beneran terjadi di keluarga saya.

Trus bagaimana dengan Tio? Alhamdulillah, sudah dites, dia tidak butawarna, karena memang ayahnya tidak buta warna dan gen butawarna mungkin tidak diturunkan pada saya.
Tinggal sekarang satu adik perempuan saya yang deg-degan, apakah anaknya butawarna apa enggak, karena anaknya laki-laki, tapi masih umur setahun, blom bisa dites. Semoga tidak...kan kalo menurut perhitungan statistik, kemungkinan buta warnanya 50%... tapi entahlah.

Dipikir-pikir...sedih juga...ada diskriminasi akibat buta warna ini, padahal bukan keinginan kita buat jadi butawarna. Eh...kata diskriminasi saya ralat... kata Oom Ophoeng, bukan diskriminasi, tapi "penyesuaian keadaan".
Hanya, saya dan keluarga kini sadar...semakin cepat diketahui, semakin baik karena semakin awal juga mengarahkan minat anak supaya tidak terjebak ke bidang studi yang melarang penderita butawarna menjalaninya.

Kebayang kan..udah mati-matian belajar untuk jadi dokter...eh...pas daftar...ditolak karena butawarna.

Oh...warisan...
Barangkali ada  yang mau iseng ngetes...

gambar diambil dari: http://www.colorvisiontesting.com/

Tuesday, June 17, 2008

Mahalnya sebuah Pelajaran

Ini masih cerita sambungan yang ini dan yang ini.

Saya memutuskan membatalkan keberangkatan ke Ancol hari selasa tanggal 10 Juni, sepulang Tio sekolah.

Sebetulnya, saya gak pengen diam-diam, tapi demi kebaikan bersama, saya pilih tidak ribut-ribut waktu saya mengundurkan diri.
Pertimbangannya...kalo saya ribut-ribut, maka saya akan "dituduh" sebagai "penghasut" oleh pihak sekolah, yayasan dan travel.
Saya toh sudah "mengompori" orang tua murid lain sejak tanggal 2 Juni lalu, untuk memboikot kegiatan ini, tapi toh yang berani ikut dengan saya hanya 3 orang, jadi untuk apa saya sekarang ribut-ribut...malah menambah keruh suasana.

Hari selasa tanggal 10 Juni saya mengundurkan diri, hari kamis tanggal 12 Juni, salah satu perwakilan orangtua (tentu saja bukan saya) dipanggil pihak yayasan, yang mengkonfirmasi bahwa pihak yayasan dan travel sudah "mengalah" dengan keinginan ibu-ibu, bahwa bis yang dipakai adalah 2 bis kapasitas 45 orang plus satu pregio untuk guru.
Pihak yayasan "menyayangkan" sikap Mamanya Tio yang malah mengundurkan diri, padahal pihak yayasan dan travel sudah "berkorban" mengurangi keuntungan.
Saya hari itu cuma nganter Tio, trus pergi survey dengan Ulu ke pasar baru, jadi saya gak tau kejadian itu.
Pulang dari pasar baru, saya memang dapet telpon dari salah seorang orangtua, katanya saya siang tadi jadi omongan satu sekolah, karena udah ribut-ribut minta bis segala macem, eh malah mundur. Saya dituduh calo Jackal lah...inilah...itulah.... ahhh saya gak ambil pusing lah..sebodo amat.

Ehh besoknya, urusan saya memutuskan gak jadi ikut ke Ancol berbuntut panjang. Sampe di sekolah pagi itu saya langsung diserbu ibu-ibu orangtua murid lain.
Ada yang sedih, karena dia gak bisa "setega" saya dengan memilih gak ikut, ada yang marah karena saya dituduh "tidak setia kawan", ada yang ngejutekin karena saya dianggap "curang" karena diam-diam mengundurkan diri.

Hari itu menyebalkan sekali, karena saya dipojokkan, seakan saya "cuci tangan" soal piknik itu. Didepan semua orangtua murid (kami memang berkumpul, karena itu hari terakhir sebelum keberangkatan ke Ancol tanggal 17 Juni) saya menyatakan bahwa saya memang benar memutuskan untuk tidak ikut ke Ancol. Uang piknik dikembalikan 100%, seperti janji pihak yayasan, saya sangat hargai itu.

Tapi kalo ditanya alasannya, kenapa kok akhirnya menyerah, setelah berjuang sekian lama....saya menyatakan, tidak ingin menderita di Ancol nanti, karena terus terang saja, saya sudah melihat gelagat tidak baik dari pihak travel, dan sebelum menyesal, saya pilih mundur. Saya jelaskan juga (padahal gak perlu dijelaskan sihhh), kalo saya nggak ribut-ribut, supaya tidak ada tuduhan saya menghasut orangtua murid.

Sebetulnya aneh juga kan....saya mengundurkan diri diam-diam, tapi kok seluruh sekolah kok sudah tau....lhaa....siapa coba yang "ember" membocorkan ke seluruh orangtua....

Dannnn.....apakah yang terjadi, siangnya.....mendadak terjadi perubahan bis yang dipakai...semula yang dipakai adalah 2 bis berkapasitas 45, mendadak siang itu diubah jadi 2 bis berkapasitas 59 orang

Beberapa orangtua kembali meminta saya untuk membantu mereka untuk mendapatkan haknya kembali.....lhaa....gimana sih....tadi pagi aku dicaci, siangnya kok dibaik-baikin lagi....
Saya bilang...saya kan sudah mengundurkan diri, ngapain saya ribut-ribut lagi sekarang. Gak banyak omong saya langsung pulang, gak pake pamit...biarkan para orangtua lain belajar membela haknya.

Hari Sabtu malam...seorang orangtua murid menelpon, katanya saya diminta datang sama ketua yayasan hari senin tanggal 16 Juni buat "membersihkan nama saya"
Hahhh....saya bilang buat apa? Menurut teman saya, ternyata pihak sekolah dan yayasan selama ini tersinggung karena merasa dianggap bodoh oleh Mamanya Tio.....
Halah....kenapa juga mereka gak berani nelpon saya langsung, kok pake orang lain buat ngundang saya.

Berhubung hari senin 16 Juni sudah janjian sama teman-teman Jalansutra Bandung buat Samsut Levinia....saya memilih pergi ke Warkop Purnama ajah, ngapain dateng ke Yayasan buang-buang tenaga...saya gak merasa salah, saya juga selama ini ngomong baik-baik, selalu minta maaf setelah berdebat, dan begitu keluar ruangan kepala sekolah, saya sih gak pernah dendam yang terus dipikirin.
Saran dari semua kenalan saya  (Mamana Trixie juga ikut mendukung) plus suami dan mama saya juga sama....gak usah lah pake "membersihkan nama" segala...toh nanti juga keliatan siapa yang bener siapa yang salah.

BTW...Tio akhirnya gak jadi ke Ancol, kan rencananya saya mo kesana berdua Tio pake kereta dari Bandung, tapi karena hari minggu habis ikut tur Kereta Api bersama BandungTrails, ternyata Tio merasa lelah, jadi keberangkatan ke Ancol kami batalkan.

Pagi ini.....(pikniknya kemarin tanggal 17 Juni)..seorang nenek  wali muridnya Bella, temen sekelas Tio menelpon.
"Mama Tio...aduhhh pikniknya kemarin seru banget....rasanya puas deh....puas kecewanya"
Ternyata seperti sudah diduga....bis yang dipakai tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Kalo minjem istilah neneknya Bella, itu bis kok sama kualitasnya dengan orang kampung sini kalo piknik.
Blom lagi urusan makan, sarapan yang dijanjikan ternyata tidak ada, alesannya, menu hari ini tertukar dengan menu rombongan besok....hahhh....kok bisa.
Dapat dibayangkan, anak-anak kelaparan, karena sarapan tidak ada, hanya ada bolu kukus beberapa potong.
Sampai Ancol, ternyata untuk masuk wahana, antrian sangat panjang....jadi selesai menonton baru pukul 14.30, dan makan siang baru dibagikan pukul 15.00 yang tentu saja, seperti sudah diduga sebelumnya, menu tidak sesuai dengan yang dijanjikan.

BTW...si Pak Agus yang orang travel yang katanya profesional itu....datang ke ancol lengkap dengan istri dan kedua anaknya... idihh....ikutan piknik sekeluarga ternyata.

Karena dijanjikan nonton Police Academy yang katanya adalah bonus karena kualitas bis dikurangi (padahal....itu tiket police academy sudah dibundel bareng tiket masuk...pembohong benar itu travel, boleh di cek ke Ancolnya), maka rombongan baru pulang pukul 18.00.
Jam segitu sudah menjelang makan malam dong, jadi akhirnya bis berhenti di kampung Arab (wah...dimana ya, kok saya gak tau) untuk makan malam....tentu saja bayar sendiri karena tidak termasuk harga travel. Tapi... berhubung jumlah rombongan hari itu ada banyak sekali, jadi rombongan TKnya Tio sudah tidak kebagian makan...akhirnya bisa ditebak...rombongan pulang dengan kelaparan, dan baru tiba di Bandung pukul 23.00

Alhamdulillah...saya gak sempet mengalami hal seburuk itu....tapi ikut sedih mendengar ketidaknyamanan itu....sedih juga, karena nama sekolah jadi semakin buruk di mata orangtua murid....sedih juga, awal yang baik dulu...waktu saya memutuskan untuk menyekolahkan Tio di sini, harus berakhir kurang baik seperti ini.

Ya sudahlah....yang pasti pelajaran hari kemarin itu merupakan pelajaran  yang amat sangat mahal yang harus dibayar oleh pihak sekolah.

Saya sangat tidak suka harus bilang...."Tuh...kan...apa kata saya"....tapi memang sepertinya itulah yang akhirnya terjadi.

Monday, June 09, 2008

One (not) Fine Day

Bermula dari rencana piknik akhir tahun sekolah Tio bulan April lalu. Akhirnya kami ortu murid merasa senang bahwa pihak sekolah berpikiran "waras" dengan menggunakan jasa travel yang katanya "profesional" untuk menangani piknik sekolah kami. Saya telat datang rapat hari itu, karena harus nganter puding pesanan Indah ke Kopo (macet kannn ke sana). Tiba di sekolah, ternyata sudah dilakukan pemungutan suara, bahwa piknik akhir tahun akan dilaksanakan di Ancol, tanggal 17 Juni, dengan harga paket Rp330.000 (untuk ibu dan anak), fasilitas bis AC VVIP, makan siang, snack, tiket masuk Gelanggang Samudra+Theatre 4D, foto, video shooting, VCD.

Saya langsung mengerutkan kening...kok mahal banget ya (adik saya baru kesana bersama sekolah anaknya, hanya bayar Rp200.000).... oohhh ternyata sudah dijelaskan, kalo bulan Juni BBM mau naik, tanggal 17 Juni sudah masuk peak season, bisnya juga VVIP jadi lebih mahal, lebih nyaman, dan katering ternama. Oke deh.. berhubung telat ikut rapatnya, jadi gak boleh protes.

Sebulan berlalu... ternyata betul BBM naik, kami semua senang, karena pihak travel kami sangat profesional, buktinya, harga BBM naik, sudah diantisipasi...ohh mereka memang betul profesional, sampai akhirnya.... tgl 2 Juni kemarin pihak Pak Agus, orang travel datang bawa kabar buruk, bahwa BBM naik, menyebabkan harga sewa bis naik sebesar 700ribu dan dia mengalami kerugian....haahhhhhh????

Saya beserta puluhan ibu lain (kami hari itu kebetulan lagi kumpul botram, dalam rangka pengajian terakhir di sekolah) langsung protes...karena menurut pihak travel, semua sudah dihitung, jadi itu sudah resiko mereka. Ehh masih nekat berargumen, jika kami gak mau nambah, maka kualitas bis akan dikurangi...tapi hari itu tidak ada kata sepakat, maka dipending beberapa waktu.

Saya langsung "mencium" gelagat buruk pihak travel, pulang sekolah saya langsung pergi ke Jackal Holiday Travel (salah satu travel agent yang cukup mahal dan ternama di Bandung), untuk menanyakan berapa harga kenaikan sewa bis dan tiket ancol.... dan....sampe di sana... saya terkejut setengah mati, karena sama sekali tidak ada kenaikan yang fantastis seperti yang dikatakan oleh pak Agus tadi. Harga tiket masuk Ancol hanya 45rb perorang (rombongan), sedangkan harga sewa bis pariwisata VIP (jumlah tempat duduk 43) hanya 1,9 juta saja....sedangkan harga sewa bis bertempat duduk 59 hanya 2 juta saja.... hanya beda 100ribu dari sebelum kenaikan BBM, dan untuk makan siang, kami disarankan menggunakan jasa makanan cepat saji (ada McDonald dan A&W) supaya tidak repot bawa dari bandung (ada resiko basi di jalan)

Saya dan beberapa ibu mulai berhitung....dan ternyata...dari uang yang terkumpul dari ortu murid....masih ada keuntungan hinggan 3 juta rupiah.....kok berani-beraninya dia bilang rugi.

Fakta ini kami sampaikan kepada sekolah...dan juga orang tua murid lain....tapi apa yang terjadi...pihak sekolah berkeras bahwa apa yang disampaikan oleh Pak Agus itu pasti benar, saya jadi tertuduh sebagai "sales" dari pihak Jackal. Tentu saja saya dan beberapa ibu yang turut pergi ke tempat travel tidak terima, dan kami menuntut supaya Pak Agus dapat menunjukkan pada kami, bis macam apa yang namanya VVIP itu....ngomong2...di bandung, yang saya tahu bisa menyediakan bis pariwisata berkualitas bagus hanya Jackal Holiday, Kramat Djati (ada bis pariwisatanya, beda dengan yang AKAP), dan bis Vista.

Selama beberapa hari, Pak Agus tersebut tidak bisa dihubungi, kami tambah gelisah karena
diantara orang tua murid juga terjadi pertengkaran kecil, akibat penggunaan bis yang semula 3 bis berukuran 43 berubah menjadi 2 bis ukuran 43 dan 59, hampir semua orangtua, ingin naik bis yang ukuran 43 karena jelas lebih nyaman daripada yang berukuran 59.

Dalam kemarahan, saya dan beberapa ibu mempertanyakan....sebetulnya Pak Agus itu statusnya siapa sih? Calo? Sales? ato Pemilik Travel? Dan dengan wajah merah padam menahan marah, istri pemilik yayasan yang merangkap sebagai bendahara yayasan, menyatakan kalo Pak Agus itu adalah OWNER. Nahh...kami mulai curiga...ada apa sebenarnya hubungan Pak Agus tersebut dengan pihak Yayasan hingga pertanyaan sederhana seperti itu membuat marah pihak Yayasan.

Kami mulai curiga ada apa-apanya antara yayasan dengan travel kacau itu, karena sepertinya pihak sekolah "menutup" kemungkinan untuk melakukan transaksi dengan travel lain yang orangtua murid sodorkan.

Sebagai orang tua yang "melek" hukum, saya dan seorang ibu lain (sesama pengusaha), setiap hari datang ke kantor yayasan, untuk "memaksa" supaya segera diambil keputusan tegas tentang acara piknik ini, berhubung waktu semakin dekat. Pihak Sekolah dan Yayasan berkeras...keputusan akan diambil setelah kami bersama melihat bis yang akan disediakan oleh pihak Travel.

Dannn, setelah diundur-undur berhari-hari, tadi pagi saya hampir pingsan ketika melihat ke Pool bis yang akan disewa oleh Pak Agus....ternyata...bis yang katanya VVIP itu bis berkapasitas 54 penumpang dengan jok yang lusuh, dan...ah...parah saja lah... ketika kami tanyakan, berapa ongkos sewanya....ternyata...hanya 1,5juta saja.

Kali ini saya membawa saksi lebih dari 5 orang, karena takut kalo saya saja yang melihat, disangkanya ada konflik kepentingan, tapi kami semua sepakat, kalo bis tersebut jauh dari yang disebut dengan VVIP.

Di sekolah ternyata sudah ada Pak Agus, maka kami langsung rapat....rapat dimulai, ternyata seorang orangtua murid, membawa brosur yang menunjukkan bahwa, sekolah "tetangga" pergi berlibur ke Ancol dengan tempat kunjungan Gelanggang Samudra+Theater4D+Seaworld plus berangkat dengan bis berukuran 43 (berAC tentunya) plus snack dan makan siang di Mc Donald dengan biaya ibu dan anak hanya Rp.360.000 saja

Jumlah ini sebetulnya sama dengan yang saya dapat dari Travel Jackal Holiday, tapi si Pak Agus itu masih berkelit...wah mereka pasti pake travel orang jakarta, karena orang bandung gak bisa beli tiket seaworld dengan harga rombongan. Hahhh???? aneh sekali.... masa saya aja bisa beli tiket seaworld dengan harga rombongan seharga Rp39.000 di Jackal Holiday.

Sebelum menjawab "kemarahan" kami, para ibu...pak Agus itu dengan pandainya berkelit dengan berkata " Sekarang kan waktu sudah sempit, kita harus melihat sisi psikologis anak, gimana mereka akan kecewa kalo piknik ini dibatalkan, lebih baik ibu-ibu mengalah saja"

HAH....kurang ajar sekali dia...menggunakan waktu sempit dan psikologis anak-anak untuk menarik untung sebanyak-banyaknya....

Ibu-ibu langsung tersulut dengan mempertanyakan kenapa kok bis yang kami lihat kok kualitasnya buruk....dan apakah jawabannya.... "lho...bis itu kan ada toiletnya... trus ada ACnya juga kan...VIP itu ada AC dan toiletnya"

Oh My God.....kenapa siang tadi saya merasa kecerdasan saya berkurang 50%?
Sejak kapan ke VIP-an suatu bis ditentukan oleh adanya WC dan toilet?
Ketika kami tanya...apakah ada alternatif bis lain? dia jawab...ohh ada... bis P****** dan G*****S******....Hahhhh....sejak kapan dua PO tersebut punya armada bis pariwisata? mereka hanya bis AKAP yang tidak punya standar sebagai bis pariwisata.

Saya langsung angkat tangan.....saya menyerah.....saya sudah tidak tahu lagi bagaimana memperjuangkan hak saya sendiri....ternyata sulit memang...berbisnis dengan orang yang punya standarnya beda.

Sepertinya perjuangan saya untuk membuat perjalanan akhir tahun bersama ini nyaman seperti harapan saya pupus sudah.

Entahlah... memang tempat tinggal saya termasuk kampung, sekolah Tio juga agak-agak di tepi sawah...apakah karena status di sisi kota, kami dianggap sebagai orang bodoh yang mudah ditipu?

Belum lagi, saya masih kesal sampe sekarang, pihak sekolah sama sekali tidak berdaya dalam upaya membela hak kami untuk mendapatkan 3 bis ukuran 43 seat yang nyaman, malah dengan mentah-mentah langsung menerima keputusan pihak travel tidak bertanggung jawab itu untuk menggunakan 2 bis ukuran 43 dan 59 seat

Saya tadi siang langsung walkout....pamit...saya akan memindahkan Tio ke sekolah lain untuk tahun ajaran depan, saya juga jadi paham, kenapa 4 orang guru sekolah Tio pamit akan berhenti mengajar di tahun ajaran depan.

Lebih baik waktu saya.... dipake untuk bicara bisnis dengan seorang teman...jelas-jelas ada duitnya
Lebih baik waktu saya.... dipake untuk mempersiapkan 3 pesanan cake untuk weekend yang akan datang...pasti....ada duitnya
Lebih baik waktu saya.... dipake untuk menyelesaikan baca buku Rara Mendut....ini juga "terancam" ada hadiahnya....

Jadi...kesimpulannya...ikut ke Ancol?...entahlah....saya masih mikir-mikir sampe besok, kalo ayahnya Tio sih, minta supaya gak usah ikut aja, daripada ada apa-apa, karena jelas-jelas travel tersebut tidak profesional. Entah lah...lihat besok saja.

BTW...kalo ada yang bingung...kok tukang kue bisa ngerti soal travel? Tentu saja, sebelum jadi tukang kue...jadi tukang jalan-jalan, jadi ngerti soal travel, plus ayahnya Tio bekerja hampir 15 tahun belakangan ini dibidang ekowisata. Tentu saja...kami mengerti seperti apa jasa usaha wisata itu. Jadi Pak Agus...dari Razan Travel (yang gak jelas alamatnya di mana itu).... Jangan coba-coba bohongi kami.

Tuesday, June 03, 2008

Gurilem...ohh Gurilem

Kata Inta, gurilem itu makanan gak bergizi...cuma dari tepung tapioka di kasih msg, trus digoreng plus dikasih cabe kering yang banyak. Tapi entah kenapa, banyak orang Bandung yang merindukan gurilem ini.

Bermula dari reuni SMP, kami sebagai panitia berniat menghadirkan gurilem, alias krupuk pedas yang jadi jajanan kami waktu sekolah dulu. Fantastik.... 100 bungkus gurilem kami hadirkan di acara itu dan laku kerass

Malah ada yang nekad menyelundupkan si gurilem ini ke Australia..ayo ngakuuu!

Seorang teman dari reuni kemarin, juga ketagihan. Selesai reuni dia minta dikirim 5 bungkus ke kantornya. Ehh...nambah lagi...jadi 8 bungkus.

Minggu kemarin telpon, minta lagi dong...10 bungkus...
Oke....gak masalah....tiba-tiba..."Sus...bisa dikirim 50 bungkus plus keripik setan?"

Hahaha...ternyata teman sekantor teman saya itu semua keranjingan gurilem yang pedas-pedas menggoda itu. Maka..jadilah saya sekarang... Juragan Gurilem...

Siapa mau ikut pesan juga

Tio kecil pun ikutan kena racun gurilem